urutan marga parna dari yang tertua

AlasanPakpak berasal dari Batak Toba hanya adanya kesamaan struktur sosial dan kemiripan nama-nama marga. Sedangkan alasan ketiga yang menyatakan dari dahulu kala sudah ada orang Pakpak hanya didasarkan pada folklore di mana diceritakan adanya tiga zaman manusia di Tanoh Pakpak, yakni zaman Tuara (Manusia Raksasa), zaman si Aji (manusia primitif) dan zaman manusia (homo sapien). Dilansirdari Encyclopedia Britannica, urutan yang terjadi dari yang tertua sampai termuda adalah bayu chandra, doni, toni, firman, aji. Navigasi Tulisan. Apabila doni urutan keempat Dan chandra ketiga maka doni urutan ke? Pelaku PBJ yang wajib dijabat oleh PPBJ paling lambat 31 desember 2020 adalah? 1 MARGA PARNA 1. Bancin ( sigalingging ) 2. Banurea ( sigalingging ) 3. Boangmenalu ( sigalingging) 4. Brampu ( sigalingging ) 5. Brasa ( sigalingging ) 6. Bringin ( sigalingging ) 7. Dalimunthe 8. Gajah ( sigalingging ) 9. Garingging ( sigalingging ) 10. GintingBaho 11. GintingBeras 12. GintingCapa 13. GintingGuruputih 14. GintingJadibata 15. Home> CASCISCUS > THE LOUNGE > Urutan Marga Tionghoa dari yang paling banyak hingga ke yang langka - Part 1 Total Views: 42591 Share : Facebook Twitter Google+ Page 323 of 500 trus klo yang gak di kasih marga gtuw gmn gan. , View bbcode of rere345's post . delvyn - 07/01/2012 11:21 PM #6447. Evay Vay Tiền. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Bagi masyarakat Bangso Batak dan para anthropolog/etnolog telah banyak mengkaji keberadaan marga-marga keturunan Raja Nai Ambaton yang teguh memegang amanat leluhurnya dalam membangun ikatan persaudaraan pada berbagai wilayah di Indonesia sampai ke luar negeri desa na ualu.Warga Parna dalam berkomunikasi persaudaraan tidak memandang adanya sekat/batas, wilayah penyebaran sub etnis puak, agama, sosial budaya, sosial ekonomi dan sosial politik. Kenyataan, sebegitu tahu dirinya bagian dari marga PARNA komunikasi akan terbangun secara spontanitas. Ini sudah menjadi kebiasaan dan berlangsung cukup lama, bukan satu abad saja. Telah teruji dalam sejarah perjuangan, zaman revolusi, termasuk dalam menegakkan kemerdekaan RI, demikian dituturkan para orang tua-tua pelaku perjuangan dari berbagai wilayah. Begitu sakral ikatan kekerabatan pertuturan PARNA ini bagi individu yang sudah merasakannya. Banyak perantau mendapat pengayoman dari semarganya, ketika dia berada di daerah baru di seluruh wilayah Indonesia ia mendapatkan orang tua, walau orang tua kandungnya jauh nun di tanah Batak sana. Seorang putra Batak keturunan Raja Nai Ambaton diperantauan cukup menyebut tahu lingkup marga-marganya, itu sebagai modal berkomunikasi, bahwa ia anak, bapak dan kakek, atau cucu, termasuk boru sepengambilan-berkawan.Penghayatan kepada amanat leluhur Raja Nai Ambaton si sada anak, si sada boru;, walau ada yang membuat istilah itu;sisada lulu anak, sisada lulu boru;, entah apa bedanya, apa artinya secara hakiki. Hal itu bukan sekedar main main bagi setiap individu keturunan raja Nai Ambaton, baik pada saat acara adat ulaon dalam keadaan bahagia, suka cita, Las ni Roha maupun pada waktu duka Lungun ni Roha tetap mempertahankan tidak boleh saling mengawini sesama marga PARNA. Na So Jadi marsibuatan anak/boru angka pinompar ni Parna atau incest atau dilarang saling mengawini putra-putri bagi marga parna. Tanggung jawab keluarga Parna dalam adat istiadat dapat dipikul keluarga marga parna setempat ketika orang tuanya jauh dari perantauan bila melangsungkan pernikahan, misalnya di Papua sekalipun ia Cabang Marga Bangso Batak Keturunan Raja Nai Ambaton ParnaSetelah membaca tulisan dari Bpk. PMH. Sidauruk yang berjudul "Inilah ke 64 Marga pada Keluarga Besar PARNA", di Penulis merasa tertantang juga untuk membuat list marga Parna yang konon ceritanya jumlahnya tidak pasti. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya 50% found this document useful 2 votes18K views6 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?50% found this document useful 2 votes18K views6 pagesInilah Ke 83 Marga ParnaJump to Page You are on page 1of 6 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 5 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. - Suku batak terkenal dengan istilah marga atau penamaan silsilah keluarga. Terdapat banyak marga di suku batak yang tersebar di daerah Sumatera Utara, hingga ke seluruh wilayah di Indonesia. Namun manakah marga tertua Batak? Baju adat Batak Twitter Mengetahui marga batak tertua penting untuk mempelajari sejarah suku dan budaya di nusantara. Untuk mengenalinya kita perlu membaca sejarah asal usulnya. Marga Sinaga adalah salah satu marga tertua di dalam suku dari marga Batak Sinaga masih terus beregenerasi hingga sekarang. Anda mungkin pernah mengenal orang dengan sematan marga sinaga’ di namanya, baik itu mereka di industri hiburan, pemerintahan, maupun masyarakat Marga Tertua Batak Lalu bagaimanakah sejarah atau asal usul Marga Sinaga sebagai marga Batak tertua?Sejarah Marga Batak Tertua Pesta pernikahan adat batak Twitter Marga Sinaga, marga tertua dalam suku Batak Toba, berasal dari Desa Urat, Pulau Samosir. Apabila ditarik dari garis leluhurnya, marga Sinaga bermula dari keturunan si Raja Batak generasi Batak ini kemudian mempunyai keturunan atau anak yaitu Guru Tateabulan. Setelah itu Guru Tatea Bulan menghasilkan keturunan Tuan Sariburaja. Lalu Tua Sariburaja menghasilkan keturunan Raja Lontung. Raja Lontung adalah ayah dari Lontung mempunyai sembilan anak. Dari sembilan anak tersebut, 2 anak perempuan yaitu, Siboru Amak Pandan dan Siboru Panggabean. 7 anak laki-laki, yaitu Toga Sinaga, Tuan Situmorang, Toga Pandiangan, Toga Nainggolan, Toga Simatupang, Toga Aritonang, Toga buku Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaan, Tambunan penulisnya, menuliskan keturunan Raja Lontung kebanyakan tinggal di Samosir. Mereka menyebar tinggal di Tanah Sinaga dan Marga Situmorang Antropolog Richard Sinaga mencatat dalam buku Silsilah Marga-Marga Batak, ada yang mengatakan Marga Situmorang adalah keturunan Raja Lontung yang sulung. Lalu Marga Sinaga lahir di urutan kedua. Namun menurut lisan yang dituturkan turun-temurun justru sebaliknya, Sinaga sebagai anak pertama dan Situmorang sebagai yang memiliki keturunan 3 anak laki-laki, yaitu Raja Bonor, Raja Ratus, dan Raja Uruk. Kemudian mereka masing-masing memiliki keturunan tiga anak laki-laki. Budayawan Sitor Situmorang, dalam buku Toba Na Sae Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX, menuliskan adanya Marga Situmorang dan Marga Sinaga pada masa Singamangaraja mencatat, keduanya sama-sama keturunan Lontung, namun mempunyai perselisihan dalam beberapa bagian di pemerintahan. Sinaga dan Situmorang memainkan peran kultural dan politik yang berbeda.“Dari silsilah diketahui bahwa relasi antara kedua marga kakak-beradik dalam lingkungan Lontung itu ditandai persaingan intern, yaitu perebutan hegemoni dalam organisasi parbaringin agama batak di semua bius Lontung,” tulis juga mengungkapkan dalam tulisannya, bahwa marga Situmorang dan Marga Sinaga sering bersaing dalam perebutan jabatan sebagai Pandita Bolon pendeta utama. Pandita Balon merupakan orang yang memimpin organisasi parbaringin dalam bius paguyuban meliputi wilayah tertentu Marga Sinaga hingga Sekarang Keturunan dari Toga Sinaga masih eksis hingga sekarang. Rasa kekeluargaan dan solidaritas Marga Sinaga sangat terjaga baik. Semua keturunannya masih tetap dalam satu marga, yaitu Marga Sinaga. Berbeda dengan marga keenam saudaranya yang berkembang menjadi beberapa dari Toga Sinaga membuat perhimpunan dalam satu ikatan yang bernama “Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohot Boruna PPTSB”. Himpunan ini tersebar di berbagai daerah di Indonesia, di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, hingga PPTSB juga mendirikan tugu Toga Sinaga pada 1966 di Desa Urat, Samosir. Tugu tersebut diresmikan pada Juni asal-usul dari Marga Batak tertua. Sejarah lahirnya marga tertua di suku Batak, Marga Sinaga, sangatlah panjang, dan kompleks berkaitan dengan kultural dan marga tertua batak, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu ingin tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman… PARNA adalah singkatan dari Parsadaan Nai Ambaton lazim juga disebut sebagai Pomparan ni si Raja Naiambaton yaitu kumpulan marga yang merupakan keturunan dari Nai Ambaton. Siapakah Nai Ambaton ini? Untuk mengetahuinya mari kita melihat ke sejarah mula-mula Si Raja Raja Batak memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Guru Tateabulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut. Guru Tateabulan memiliki 5 anak laki-laki dan juga 3 anak perempuan, yaitu Siboru Pareme, Siboru Anting Sabungan, Siboru Biding Laut. Raja Isumbaon memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Tuan Sorimangaraja, Raja Asi-asi dan Sangkar Somalidang. Baca Juga Untuk Kamu Pemuda Batak Bermarga Parna, Pasti Merasakan 5 Hal ini! Tuan Sorimangaraja kemudian memperistri 3 orang, yaitu 1 Siboru Anting Sabungan disebut juga Siboru Paromas 2 Siboru Biding Laut, adik Siboru Anting Sabungan 3 Siboru Sanggul Haomasan Anak pertama Tuan Sorimangaraja dari Siboru Anting Sabungan dinamai Si Ambaton atau Tuan Sorbadijulu. Dari sinilah nama Nai Ambaton berasal nai = ibu, Ambaton = nama anaknya, Nai Ambaton = ibunya si Ambaton. Konon Nai Ambaton ini berpesan kepada anaknya Si Ambaton untuk menjaga persatuan keturunannya. “Pomparan ni si Raja Naiambaton sisada anak sisada boru”. Kalimat ini sulit diterjemahkan secara tepat dalam bahasa Indonesia tetapi kira-kira maksudnya adalah bahwa semua keturunan Raja Naiambaton adalah satu putra-satu putri dianggap sebagai satu saudara. Begitu eratnya persaudaraan itu seolah-olah antar kakak dan adik kandung, meskipun hubungan darahnya sudah jauh. Karena dianggap sebagai satu saudara, putra-putri keturunan Nai Ambaton tidak boleh menikah satu dengan yang lain. Hingga hari ini, terasa canggung bahkan tabu untuk saling mengawini di dalam marga-marga Parna. Jika sampai ada yang menikah, bisa dipastikan pasangan ini akan menjadi bahan gunjingan dan cercaan. Kerap kali mereka dikucilkan –atau mengucilkan diri– dari acara-acara adat. Untuk mencegah perasaan senang telanjur timbul di antara dua muda-mudi yang pantang saling menikahi, disarankan untuk menanyakan marga segera setelah berkenalan. Menanyakan marga dan kampung asal ini merupakan satu topik “ice breaking” yang baku dalam percakapan dua orang Batak, baik sesama maupun lawan jenis. Semacam ritual untuk “positioning” atau “alignment.” Terkadang salah satu pihak menggunakan sub marga yang tidak umum dikenal sehingga tidak diketahui bahwa mereka memiliki hubungan kekerabatan. Teman, orang tua atau kerabat yang mengetahui hal ini berkewajiban untuk segera memberitahukan. Karena sudah menjadi norma yang dipahami bersama, orang yang ditegur pun tidak boleh marah kepada yang menegur. Dari situs marga-marga Parna dibagi menjadi 4 kelompok besar A. Dari Simbolon Tua 1. Simbolon 2. Tinambunan 3. Tumanggor 4. Maharaja 5. Turutan 6. Pinayungan 7. Nahampun B. Dari Tamba Tua 8. Tamba 9. Siallagan 10. Sidabutar 11. Sijabat 12. Siadari 13. Sidabalok no 10 no 13 disebut Si Opat Ama 14. Rumahorbo 15. Rea 16. Napitu 17. Siambaton C. Dari Saragi Tua 18. Saragi 19. Saragih 20. Simalango 21. Saing 22. Simarmata 23. Nadeak 24. Basirun 25. Bolahan 26. Akarbejadi 27. Kaban 28. Garingging 29. Jurung 30. Telun D. Dari Munte Tua 31. Munte 32. Sitanggang 33. Sigalingging 34. Siallagan 35. Manihuruk 36. Sidauruk 37. Turnip 38. Sitio 39. Tendang 40. Banuarea 41. Gaja 42. Berasa 43. Beringin 44. Boangmanalu 45. Bancin Catatan aku tidak sepakat kalau Sitio diletakkan di rumpun Munte Tua karena Rumahorbo-Napitu-Sitio adalah satu saudara sehingga semestinya Sitio berada di kelompok yang sama dengan Rumahorbo dan Napitu, yaitu sebagai bagian dari Tamba Tua. Di situs yang lain, disebutkan bahwa marga-marga Parna berjumlah 70 marga. Berikut adalah daftarnya sebanyak 68 marga saja, yang lainnya belum diketahui yang disusun secara alfabetikal, bukan berdasarkan urut-urutan kesenioran. 1. Bancin Sigalingging 2. Banurea Sigalingging 3. Boangmenalu Sigalingging 4. Brampu Sigalingging 5. Brasa Sigalingging 6. Bringin Sigalingging 7. Gaja Sigalingging 8. Dalimunthe 9. Garingging Sigalingging 10. Ginting Baho 11. Ginting Capa 12. Ginting Beras 13. Ginting Guruputih 14. Ginting Jadibata 15. Ginting Jawak 16. Ginting Manik 17. Ginting Munthe 18. Ginting Pase 19. Ginting Sinisuka 20. Ginting Sugihen 21. Ginting Tumangger 22. Haro 23. Kaban 24. Kombih Sigalingging 25. Maharaja 26. Manik Kecupak Sigalingging 27. Munte 28. Nadeak di pa lao 29. Nahampun 30. Napitu 31. Pasi 32. Pinayungan Sigalingging 33. Rumahorbo 34. Saing 35. Saraan Sigalingging 36. Saragih Dajawak 37. Saragih Damunte 38. Saragih Dasalak 39. Saragih Sumbayak 40. Saragih Siadari 41. Siallagan 42. Siambaton 43. Sidabalok 44. Sidabungke 45. Sidabutar 46. Saragih Sidauruk 47. Saragih Garingging 48. Saragih Sijabat 49. Simalango 50. Simanihuruk 51. Simarmata 52. Simbolon Altong 53. Simbolon Hapotan 54. Simbolon Pande 55. Simbolon Panihai 56. Simbolon Suhut Nihuta 57. Simbolon Tuan 58. Sitanggang Bau 59. Sitanggang Gusar 60. Sitanggang Lipan 61. Sitanggang Silo 62. Sitanggang Upar Par Rangin Na 8 Sigalingging 63. Sitio 64. Tamba 65. Tinambunan 66. Tumanggor 67. Turnip 68. Turuten

urutan marga parna dari yang tertua